Info Berita Terupdate - RE (12 tahun), seorang siswa sekolah dasar, ditangkap oleh polisi dan harus mengucapkan selamat tinggal untuk pendidikannya. Dia, bersama dengan AL, teman yang lebih tua dan yang di sekolah menengah, tertangkap menjual narkoba, jenis methamphetamine.
Menurut pengakuannya, RE menemukan metamfetamin di tepi sumur dekat Kader Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu). Anak itu mengakui bahwa dia tahu benda itu adalah sejenis narkoba dan memutuskan untuk menjualnya karena RE telah melihat beberapa orang dewasa menjual obat itu. Merdeka Hari Ini
RE mengatakan bahwa Posyandu tidak jauh dari rumahnya di Gotong Hamlet, Tallo. RE mengaku menjualnya hanya untuk bersenang-senang bersama dengan AL. Mereka menjualnya seharga 200 ribu Rupiah. Mereka membagi penghasilan mereka dan masing-masing mendapat 100 ribu Rupiah. “Saya memberi tahu [AL] bahwa kami harus menjualnya dan membagi penghasilan kami. Saya punya metamfetamin di dekat sumur besar. Saya mendapatkannya dengan AL, ”kata RE, Senin.
Baca juga: Video Dari 34 Wanita Yang Sedang Mandi Diunggah Oleh Pemilik Penginapan ke Situs Porno
RE mengatakan dia tahu sejak awal bahwa obat itu ilegal dan tidak boleh dijual. Namun dia sering melihat orang dewasa di sekitarnya melakukan transaksi narkoba. Menurut RE, obat yang ia temukan dimiliki oleh orang lain, yang ditinggalkan ketika orang itu dikejar oleh polisi. “Mungkin itu milik orang lain. Saya terbiasa melihat orang datang ke sini untuk menjual narkoba. Biasanya mereka membuang obat itu ketika dikejar-kejar polisi, ”kata RE. Merdeka News
Ketika sedang dicari oleh polisi, RE bersembunyi di rumah neneknya tanpa pernah keluar. RE dan AL kemudian dibawa ke Pusat Layanan Terpadu Untuk Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk mendapatkan konseling. Kepala polisi Tallo Makassar, Amrin AT mengatakan bahwa meskipun kedua anak telah dibawa ke P2TP2A, penyelidikan masih berlangsung. “Kami masih mencoba mencari tahu siapa pemilik obat yang dijual RE. Perlu perawatan khusus untuk mencegah anak-anak mengalami trauma, ”kata Amrin. Agen Judi Bola
Anak kelas 5 tidak bisa berbuat apa-apa saat mereka membawanya ke P2TP2A untuk mendapatkan konseling. Dia menyesali tindakannya secara mendalam. “Saya menyesal, Pak. Saya ingin kembali ke sekolah, ”kata RE. Berita Terkini
Comments
Post a Comment