Berita Ekonomi - Indonesia diperkirakan akan mengalami pencapaian ekonomi mencapai 5,9 persen pada tahun ini. Namun persentase pencapaian ekonomi tersebut masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diharapkan pemerintah dalam asumsi dasar ekonomi makro di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) pada tahun 2013 yang ditargetkan sebesar 6,2 persen.
Seperti yang dikatakan oleh Enny Sri Hartati, perubahan koreksi pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh pemerintah yang akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang direncanakan bulan ini. Dikatakannya, ketika terjadi kenaikan harga BBM maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 8 - 8,5 persen. Ini jauh dari asumsi pemerintah yang memperkirakan bisa mencapai 7,2 persen.
Dia juga mengatakan, konsumsi rumah tangga adalah salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dimana jika terjadi inflasi yang cukup tinggi, daya beli masyarakat akan berkurang yang mengakibatkan permintaan konsumsi akan berkurang. "Pertumbuhan ekonomi akan menunjukan tren negatif karena dipengaruhi oleh penurunan konsumsi ini," ujarnya
Pada 2012 lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 6,23 persen, dimana 54,56 persen diwakili oleh komponen pengeluaran rumah tangga. Pembentukan modal tetap bruto sebesar 33,16 persen, impor 25,81 persen, ekspor 24,26 persen dan sisanya sebesar 8,89 persen adalah konsumsi pemerintah.
Di katakannya juga bahwa belanja pemerintah tidak memiliki visi tapi hanya berputar pada bantuan sosial dan tranfer. Sehingga membuat stimulus pergerakan ekonomi, terutama yang bergerak di sektor riil, tidak akan terjadi. Ini mengakibatkan, tidak optimalnya pertumbuhan sektor riil. "Itu juga akan mempengaruhi investasi. Pergerakan investasi kita tidak akan optimal seperti yang diharapkan dan itu akan berdampak negatif terhadap perekonomian kita," ujarnya
Lebih mendalam lagi, Enny mengatakan, inflasi yang tinggi membuat defisit neraca perdagangan. Berdasarkan data, perdagangan Indonesia per Januari sampai April 2013 mengalami defisit mencapai 1,85 miliar dolar AS. Ini akan semakin bertambah jika pemerintah tidak mengambil tindakan untuk menaikan harga BBM.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pada April 2013 neraca perdagangan mencapai total nilai 1,6 miliar dolar AS. Ini terdiri atas defisit migas sebesar 1,2 miliar dolar AS dan dari sektor nonmigas senilai 407,4 juta dolar AS. Menurutnya, terjadinya defisit ini diakibatkan oleh turunnya nilai ekspor yang diakibatkan harga dari beberapa komoditas ekspor nonmigas belum membaik di pasar internasional.
Dilain tempat, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, untuk RAPBN-P 2013 pemerintah telah mengajukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen dengan inflasi yang diperkirakan 7,2 persen. Angka pertumbuhan ini telah dibahas di rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat dan mendapatkan kesimpulan pemerintah akan mamatok harga pertumbuhan berada pada 6,3 persen.
Menurutnya pertumbuhan dan inflasi yang telah dicanangkan itu telah memperhitungkan akan dampak dari kenaikan harga BBM. Itu membuat pemerintah yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan berada pada posisi 6 persen kebawah. Chatib mengatakan terkait dengan penyambutan Pemilu 2014 mendatang akan mempengaruhi pergerakan kontribusi komponen pengeluaran rumah tangga.
Comments
Post a Comment