Perekonomian Indonesia - Menurut penilaian Kementrian Keuangan (Kemenkeu) Keadaan perekonomian makro Indonesia dianggap sudah dikelola secara baik dan benar. Walau demikian, itu tidak berarti bahwasanya perekonomian Indonesia itu tidak mempunyai masalah – masalah dan mengakibatkan perekonomian Indonesia tertahan.
Seperti yang dikatakan oleh Chatib Basri, Menteri Keuangan (Menkeu), meskipun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN-Perubahan telah disetujui oleh DPR, namun terlihat pada kuartal ke dua ditahun ini masih ada dampak melambatnya dari gairah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut dia, semua ini diakibatkan dari asumsi makro yang belum optimal seperti yang diharapkan.
“Banyak dan kurang pada perekonomian makro Indonesia cukup bisa untuk dikelola. Namun tidak mungkin bila kita mengatakan bahwa kita tidak memiliki masalah,” kata Chatib Basri saat menjadi pembicara utama dalam sebuah acara Euromoney Seminar yang dilaksanakan di Jakarta, Kamis (27/06).
Chatib juga mengatakan, tentang masalah tersebut yaitu twin defisit yang terjadi ini telah dialami selama beberapa bulan terakhir ini. Paling utama, defisit yang telah terjadi pada perdagangan karena besaran impor minyak yang dilakukan.
“Ditambah lagi dengan masalah – masalah yang kami khawatirkan di tahun lalu telah terjadi pada delapan bulan lalu, yaitu pergerakan defisit neraca perdagangan didorong oleh jumlah besarnya impor minyak yang diberlakukan,” kata Chatib.
Dia juga memperjelas tentang impor minyak yang terus meningkat namun pada substansinya ini bukan hanya karena terjadi pertumbuhan permintaan konsumsi domestik, namun juga ada di akibatkan oleh pertumbuhan yang terus terlihat menanjak naik dari sekitor otomotif dan migrasi dari subsidi Non-Bahan Bakar Minyak (BBM) ke BBM yang bersubsidi yang disparitas harganya cukup lumayan besar.
Terakhir Chatib mengatakan tentang masalah ini dilihat dari sisi neraca transaksi yabg berjalan yang dimana ini juga mengalami defisit. Ini juga karena melihat dari banyaknya arus modal yang masuk namun tak diimbangi dengan nilai rupiah yang hanya terus saja tergerus jatuh.
“Apalagi tentang disparitas harga ini juga memicu upaya penyelundupan BBM bersubsidi.” Ujar Chatib mengakhiri.
Comments
Post a Comment